Skip to content Skip to sidebar Skip to footer
Blogger Jateng

Dikritik AHY Soal Utang Negara Menumpuk, Begini Klaim Anak Buah Sri Mulyani

Foto: Ilusrasi/Istimewa

JAKARTA - Staf Khusus Menteri Keuangan Yustinus Prastowo buka suara soal kritik yang disampaikan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) soal rasio utang negara. 


Dalam sebuah video yang diunggah akun Twitter @PDemokrat pada 18 Januari 2023, AHY menyebut utang negara terus menumpuk. 


Sementara cadangan devisa semakin menipis karena harus menahan nilai tukar rupiah yang akhir-akhir ini melemah.


Melalui platform yang sama, Prastowo menyampaikan bahwa dalam kurun 2015 hingga 2019, rasio utang pemerintah terjaga di level maksimal 30 persen terhadap PDB. 


Namun, dia juga menunjukkan grafik bahwa rasio utang meningkat menjadi 39,36 pada 2020. Kemudian menjadi 40,73 persen pada 2021 lalu turun ke angka 37,91 persen pada 2022.


Saat penerimaan negara melandai dan kebutuhan pembiayaan berbagai belanja publik meningkat untuk mengejar kemajuan, maka utang menjadi salah satu pilihan. Lonjakan tinggi jelas karena pandemi Covid-19,” kata Yustinus melalui akun twitter resmi @prastow, Senin, 23 Januari 2023.


Menurutnya, kenaikan rasio utang dari 30 persen pada 2019 menjadi 39,36 persen pada 2020 terjadi lantaran pemerintah perlu menangani dampak kesehatan, sosial dan ekonomi akibat Covid-19. 


Bukankah ini keniscayaan dan justru menunjukkan tanggung jawab pemerintah yang sekarang diapresiasi sebagai salah satu negara yang berhasil mengatasi pandemi dengan baik?” kata Yustinus, dilansr Tempo.


Soal akumulasi defisit fiskal pada 2020-2021, Yustinus tidak menampik jika presentasenya mencapai 10 persen. 


Namun, kata dia, angka Indonesia masih lebih kecil dengan negara-negara lain pada periode yang sama. 


Misalnya, Thailand yang mencapai 17 persen, Filipina 22,1 persen, Cina 11,8 persen, Malaysia 13,6 persen, dan India 16,5 persen.


Dia juga mengatakan bahwa selama pandemi pemerintah merealisasikan Rp 1.635,1 triliun untuk menolong rakyat menghadapi pandemi. 


Silakan dibandingkan dengan periode lain di Republik ini, kapan ada belanja publik sebesar ini?” ujar Yustinus.


Sementara itu pada 2022, dia mengklaim pemerintah bisa menjaga fiskal berkat tata kelola yang baik dan kerja sama dengan semua pihak, termasuk DPR dan Parpol. tak terkecuali  dengan Partai Demokrat yang menurutnya kritis dan kerap tak setuju dalam banyak hal.


“Realisasi defisit 2022 tercatat 2,38 persen atau Rp 464,33 triliun. Jauh di bawah target Rp 840 triliun,” ungkap Yustinus.


Dia menuturkan kerja keras APBN yang pruden, efisien, dan antisipatif menekan defisit berkonsekuensi pada pembiayaan. Realisasi utang pada 2022 pun tercatat hanya Rp 688,54 atau 73 persen dari target. 


Namun, dia juga tidak menampik jika posisi utang terakhir pada 2022 mencapai Rp 7.733,99 triliun.


Besar ya? Iya! Sudah saya jelaskan kontek dan reasoning di atas. Kue ekonomi dan produktivitas kita pun membaik. Rasio utang sudah turun dari 40,74 persen di 2021 menjadi 39,57 di 2022. Mosok dibilang ugal-ugalan sih? Optimistis ya, Mas,” kata Yustinus.


Yustinus menambahkan, utang negara tidak hanya digunakan untuk menangani pandemi Covid-19. Namun, kebijakan utang juga banyak earmarking ke program atau proyek. Misalnya, 880 proyek infrastruktur dasar, penyediaan vaksin bayi, pengelolaan sampah, serta penurunan emisi.


Sementara itu, soal cadangan devisa, Yustinus menyebut rupiah melemah karena dampak  kebijakan ekonomi US dan geopolitik global. 


Bukankah harus diantisipasi agar tidak merugikan rakyat? Maka dilakukan intervensi. Pelemahan kita termasuk moderat. Cadangan devisa sangat aman,” ujar dia. (*)

TrendingMore